MAKALAH
RUMAH ADAT MELAYU
Mata
Kuliah: Tradisi Melayu
Dosen Pembimbing: Tety Kurmalasari,Msc.
Dosen Pembimbing: Tety Kurmalasari,Msc.
Disusun
Oleh: Yuliana Mamerta .G.
Kelas: F2
Kelas: F2
NIM:
130388201091
PENDIDIKAN
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MARTIM RAJA ALI HAJI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MARTIM RAJA ALI HAJI
2014
Kata
Pengantar
Puji
syukur marilah kita haturkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa,karena atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah tentang rumah
adat melayu khususnya Kepulauan Riau beserta pembahasannya.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini ialah untuk memenuhi tugas mata kuliah MembacaTradisi Melayu. Kesempurnaan hanyalah milik Tuhan yang Maha Esa, oleh karena itu penulis sadar dalam penyusunan makalah ini banyak terdapat kekurangan. Dengan kerendahan hati, penulis bersedia menerima kritik dan saran.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini ialah untuk memenuhi tugas mata kuliah MembacaTradisi Melayu. Kesempurnaan hanyalah milik Tuhan yang Maha Esa, oleh karena itu penulis sadar dalam penyusunan makalah ini banyak terdapat kekurangan. Dengan kerendahan hati, penulis bersedia menerima kritik dan saran.
Demikian yang dapat penulis
sampaikan semoga dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya
bagi pembaca semuanya.
Akhir kata penulis ucapkan
terimakasih.
Tanjung Pinang, 10
Juni 2014
Penulis
i
Daftar Isi
Kata Pengantar............................................................................................................ i
Daftar Isi..................................................................................................................... ii
Bab 1 Pendahuluan..................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................. 1
Bab 2 Pembahasan...................................................................................................... 2
2.1 Karakteristik Rumah Melayu.......................................................................... 2
2.2 Jenis Rumah Melayu.................................................................................... 2-3
2.3 Bagian-bagian Adat Rumah Melayu......................................................... 4-18
Bab 3 Penutup.......................................................................................................... 18
A. Kesimpulan................................................................................................... 18
B. Saran............................................................................................................. 18
Daftar Pustaka.......................................................................................................... 19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam masyarakat Melayu
tradisional, rumah merupakan bangunan utuh yang dapat dijadikan tempat kediaman
keluarga, tempat bermusyawarah, tempat beradat berketurunan, tempat berlindung
bagi siapa saja yang memerlukan. Oleh sebab itu, rumah Melayu tradisional
umumya berukuran besar, biasanya bertiang enam, tiang enam berserambi dan tiang
dua belas atau rumah serambi.
Selain berukuran besar,
rumah Melayu juga selalu berbentuk panggung atau rumah berkolong, dengan
menghadap ke arah matahari terbit. Secara umum, jenis rumah Melayu meliputi
rumah kediaman, rumah balai, rumah ibadah dan rumah penyimpanan. Penamaan itu
disesuikan dengan fungsi dari setiap bangunan.
Penulis berharap dengan makalah ini,generasi muda khususnya anak bangsa yang lahir di daerah melayu tidak lupa akan budaya melayu yang sangat kaya dan dapat menambah wawasan tentang rumah adat melayu di Kepulauan Riau.
1.2 Rumusan Masalah
Penulis berharap dengan makalah ini,generasi muda khususnya anak bangsa yang lahir di daerah melayu tidak lupa akan budaya melayu yang sangat kaya dan dapat menambah wawasan tentang rumah adat melayu di Kepulauan Riau.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam
makalah ini akan dibahas:
a. Karakteristik apa saja yang terdapat
dalam Rumah Melayu?
b. Apakah jenis-jenis dalam Rumah adat
Melayu?
c. Bagian dan lambang pada Rumah adat
Melayu.
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini yaitu:
a. Memahami
karakteristik dalam Rumah Melayu.
b. Mengetahui jenis Rumah Adat Melayu.
c.
Mengetahui Bagian dan lambang Rumah adat
Melayu.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Karakteristik Rumah Melayu
A. Nama
Rumah Tradisional
Melayu pada umumnya terdiri dari tiga jenis,yaitu: Rumah Tiang Enam, Rumah
Tiang Enam Berserambi, dan Rumah Tiang Dua Belas, atau Rumah Serambi. Rumah
Tiang Dua Belas atau Rumah Serambi merupakan rumah besar dengan tiang induk
sebanyak dua belas buah.
B.
Tipologi
Tipologi Rumah Tradisional
Melayu adalah rumah panggung atau berkolong dan memiliki tiang-tiang tinggi.
Hal ini sesuai dengan iklim setempat serta kebiasaan yang sudah turun-temurun.
Tinggi tiang penyangga rumah sekitar dua sampai dua setengah meter. Tinggi
rumah induk bagian atas sekitar tiga atau tiga setengah meter. Suasana didalam
ruangan sejuk dan segar karena banyak memiliki jendela serta lubang angin
(ventilasi).
C.
Fungsi Tiap Ruangan
Setiap ruangan
pada rumah melayu memiliki nama dan fungsi tertentu. Selang depan berfungsi sebagai tempat meletakkan barang-barang
tamu,yang tidak dibawa kedalam ruangan. Ruang serambi depan berfungsi sebagai
tempat menerima tamu pria, tetangga dekat, orang-orang terhormat, dan yang
dituakan. Ruang serambi tengah atau ruang induk berfungsi sebagai tempat
menerima tamu agung, dan yang sangat dihormati.
Ruang selang
samping berfungsi sebagai tempat meletakkan barang yamg tidak dibawa ke dalam
ruang serambi belakang. Tempat ini merupakan jalan masuk bagi tamu wanita.
Ruang dapur dipergunakan untuk memasak dan menyimpan barang-barang keperluan
dapur. Karena susunan papan lantainya jarang, maka sampah dapat langsung
dibuang ke tanah. Ruang kolong rumah biasanya digunakan sebagai tempat bekerja
sehari-hari dan menyimpan alat-alat rumah. Sedangkan WC dan kandang kambing
atau ayam letaknya dibelakang rumah,
2.2
Jenis Rumah Melayu
A.
Rumah Kediaman
Rumah kediaman
lazim disebut rumah tempat tinggal atau rumah tempat diam yaitu rumah yang
khusus untuk tempat kediaman keluarga. Didalam kehidupan sehari-hari rumah
kediaman wajib dijaga dan dipelihara dengan sebaik-baiknya agar lebih member
kenyamanan dan kebahagiaan bagi penghuninya.
Demikian indah,
bijak, dan beragam ungkapan dilihat prang tentang rumah, menunjukkan besarnya
keberadaan sebuah rumah bagi masyarakat melayu. Sebutan lain yang diberikan
untuk rumah adalah berdasarkan bentuk kecuraman dan variasi atap. Rumah dengan atap
curam disebut dengan rumah lipat pandan.
Jika atapnya mendatar disebut rumah lipat
kajang,dan bila atapnya diberi tambahan dibagian bawah (kaki atap) dengan
atap lain maka disebut rumah atap layar
atau rumah ampar labu.
2
B.
Rumah Balai
Yang dimaksud
dengan rumah balai adalah semua bangunan yang dipergunakan untuk pertemuan
anggota masyarakat, seperti Balai Adat, Balai Penghadapan Rung Sari, Balai
Panca Persada, Balai kerapatan dan sebagainya.
Gambar Balai Adat di Penyengat:
C.
Rumah Penyimpanan
Yang dimaksud
dengan rumah penyimpanan adalah segalah bangunan yang dipergunakan untuk
menyimpan benda-benda keperluan hidup. Bangunan ini dapat menyimpan padi yang
disebut kapok padi dan tempat menyimpan benda-benda lainnya yang disebut rumah
bangsal atau bubungan.
3
2.3
Bagian-Bagian Rumah Adat Melayu
A.
Atap
Bahan utama adalah
nipah dan daun rumbia,tetapi pada perkembangannya sering digunakan atap seng.
Atap dari daun nipah atau rumbia dibuat dengan cara menjalinnya pada sebatang
kayu yang disebut bengkawan, biasanya
dibuat dari nibung atau bambu. Pada bengkawan tersebut atap dilekatkan, dijalin
dengan rotan, kulit bambu atau kulit pelepah rumbia. Jika atap dibuat dari satu
lapis daun saka maka disebut kelarai,
sedangkan jika terdiri dari dua lapis disebut mata ketam.
Atap mata ketam lebih rapat. Lebih tebal,
lebih tahan dari atap kelerai.
Isi perut rotan atau bambu dipakai
sebagai penjalin atau disebut liet.
Untuk membuat liet bambu atau rotan dilayuh
dulu dengan api, kemudian direndam kedalam air. Sesudah beberapa waktu baru
dibelah atau diambil isinya, dibuat seperti helai-helai rotan yang lazim
dipakai sebagai anyaman.
Untuk
memasang atap dipergunakan tali rotan,sedangkan untuk memasang perabung dipergunakan
pasak yang terbuat dari nibung. Pekerjaan memasang atap disebut menyangit. Rumah
melayu asli memiliki bubungan panjang sederhana dan tinggi. Ada kalanya
terdapat bubungan panjang kembar. Pada pertemuan atap dibuat talang yang
berguna untuk menampung air hujan.
Pada kedua ujung
perabung rumah induk dibuat agak terjungkit keatas dan pada bagian bawah
bubungan atapnya melengkung, menambah seni kecantikanarsitektur rumah melayu.
Pada bagian belakang dapur bubungan atap dibuat lebih tinggi, berjungkit.
Bagian ini disebut gajah minum atau gajah menyusu.
Pada ujung
rabung yang terjungkit diberi sekeping papan yang bertebuk sebagai hiasan yang
berfungsi sebagai penutup ujung kayu perabung. Selanjutnya pada bagian bawah,
papan penutup rabung ini dibuat semacam lisplang berukir memanjang menurun
sampai kebagian yang sejajar dengan tutup tiang.
Gambar Bubungan Atap Menjungkit:
4
Lambang
Pada Atap
Perabung
memiliki bentuk lurus sebagai lambing lurusnya hati orang melayu.sifat lurus
itu haruslah dijunjung tinggi diatas kepala dan menjadi pakaian hidup.
A.
Atap
Kajang
Bentuk atap yang
disebut atap kajang dikaitkan pula dengan fungsi kajang, yakni tempat berteduh
dari hujan dan panas. Hendaknya sikap hidup orang melayu dapat pula menjadi
naungan bagi keluarga dan masyarakat.
Gambar
rumah melayu dengan Atap Kajang:
B.
Atap
Layar
Bentuk atap yang
bertingkat dan diberi tambahan dibagian bawah (kaki atap) dengan atap lain disebut
atap layar atau ampar labu.
Gambar Atap
Layar:
5
C.
Atap
Lontik
Atap yang kedua
ujung perabungnya melentik keatas melambangkan bahwa pada aweal dan akhir hidup
manusia akan kembali kepada penciptanya. Sedangkan lekukan pada pertengahan
perabungnya melambangkan “ lemabh lehidupan” yang kadang kala penuh dengan
ragam cobaan.
Gambar rumah
dengan Atap Lontik:
D.
Atap
Limas
Hingga saat ini
belum diketahui apa makna lambing pada bentuk limas. Kemungkinan dahulu orang
melayu mengenal lambing pada bentuk ini, terutama yang berkaitan dengan
kepercayaan dalam agama Hindu Budha, atau juga terpengaruh atap bangunan Eropa.
Namun demikian
bentuk limas ini sudah menjadi salah satu bentuk bangunan tradisional melayu,
tersebar dibanyak tempat bahkan bebrapa istana dan balai raja-raja melayu mempergunakan
atap dengab bentuk limas ini.
6
Gambar rumah
dengan Atap Limas:
B. Tiang
Bangunan
tradisional melayu adalah bangunan tiang. Tiang dapat berbentuk bulat dan
persegi. Sanding tiang yang bersegi diketam dengan ketam khusus yang disebut
kumai. Sanding tiang adalah sudut segi-segi tiang. Diantara tiang-tiang itu
terdapat tiang utama, yang disebut tiang tua tiang seri. Tiang seri adalah
tiang-tiang yang terdapat pada keempat sudut rumah induk, merupakan tiang pokok
rumah tersebut. Tiang ini tidak boleh bersambung, harus utuh dari tanah sampai
ketutup tiang. Sedang tiang yang terletak diantara tiang seri pada bagian depan
rumah, disebut tiang penghulu.
Jumlah
tiang rumah induk paling banyak 24 buah, sedangkan tiang untuk bagian bangunan
lainnya tidaklah ditentukkan jumlahnya. Pada rumah bertiang 24, tiang-tiang itu
didirikan dalam 6 baris, masing-masing baris 4 buah tiang, termasuk tiang seri.
Jika
keadaan tanah tempat rumah itu didirikan lembek atau rumah itu terletak dipinggir
laut, maka tiang-tiang itu ditambah dengan tiang yang berukuran kecil. Tiang
tambahan itu disebut tiang tongkat. Tiang tongkat biasanya hanya sampai ke
rasuk atau gelagar. Untuk menjaga supaya rumah tidak miring, dipasang tiang
pembantu sebagai penopang ke dinding atau ke tiang lainnya. Tiang ini disebut
sulai.
Bahan
untuk tiang seri haruslah kayu pilihan, biasanya tera kayu kulim, naling,
resak, dan tembesu. Untuk tiang tongkat atau sulai cukup mempergunakan kayu
biasa. Tiang-tiang lainnya mempergunakan kayu keras dan tahan lama. Bila di
daerah itu kayu sukar dicari, maka nibung (kayu dari pohon kelapa) dipergunakan
sebagai tiang tokat atau sulai. Tetapi nibung tidak dapat dipergunakan untuk
tiang seri atau tiang-tiang lainnya.
7
Ukuran
maksimum dan minimumsebuah tiang tidaklah ditentukan. Ukuran ini bergantung
besar kepada besar atau kecilnya rumah. Semakin besar rumahnya, besar pula tiang-tiangnya. Tiang yang
kelihatan dibagian dalam rumah selalu diberi hiasan berupa ukiran. Untuk
pemilik rumah yang mampu, seluruh tiangnya dibuat persegi melainkan hanya tiang
seri atau beberapa tiang lainnya, atau bahkan semuanya bulat.
Gambar:
Lambang-Lambang pada Tiang
·
Tiang bulat: adalah tiang
utama yang terletak disebelah kiri dan kanan pintu tengah, atau tiang yang
terletak ditengah bangunan yang pertama kali ditegakkan. Dalam ungkapan, tiang
tua ini melambangkan, pimpinan didalam keluarga dan masyarakat.
·
Tiang seri: adalah tiang yang terletak di keempat sudut
bangunan induk dan tidak boleh bersambung dari tanah terus ke atas. Tiang seri
melambangkan datuk berempat atau induk berempat, serta melambangkan empat
penjuru angin.
·
Tiang penghulu: adalah tiang
yang terletak diantara pintu muka dengan tiang seri disudut kanan muka
bangunan. Tiang ini melambangkan bahwa rumah itu didirikan menurut ketentuan
adat istiadat dan sekaligus melambangkan bahwa kehidupan didalam keluarga wajib
disokong oleh anggota keluarga lainnya.
·
Tiang tengah: tiang terletak
diantara tiang-tiang lainnta, terdapat diantara tiang seri dan tiang tua.
·
Tiang bujang: tiang yang
dibuat khusus dibagian tengah bangunan induk, tidak bersambung lagi dari lantai
sampai ke loteng. Tiang ini melambangkan kaum kerabat dan anak istri.
·
Tiang dua belas: tiang gabungan
dari 4 buah tiang seri, 4 buah tiang tengah, 2 buah tiang tua, 1buah tiang
penghulu, dan 1 buah tiang bujang.
8
Ungkapan-ungkapan
diatas menunjukkan, bahwa bentuk tiang secara tradisional, mengandung lambang
yang dikaitkan dengan agama dan kepercayaan yang dianut masyarakat, termasuk
kaitannya dengan alam lingkungan dan arah mata angin. Lambang- lambang itu
kemudian dijalin dengan makna tertentu yang berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari.
C. Pintu
Pintu disebut
juga ambang atau lawang. Pintu termasuk dibagian muka rumah disebut pintu muka,
sedangkan pintu dibagian belakang disebut pintu dapur, pinto telo atau pintu
belakang. Pintu yang ada diruang tengah pada rumah yang berbilik, pintu yang
menghubungkan bilik dengan bilik disebut pintu malim atau pintu curi.
Pintu ini khusus
untuk keluarga perempuan terdekat atau untuk anak gadis, dan dibuat terutama
untuk menjaga supaya penghuni rumah yang memiliki keperluan dari satu bilik ke
bilik yang lainnya tidak melewati ruangan tengah, apalagi bila ruangan tersebut
sedang ada tamu.
Menurut
keterangan orangtua-tua, istilah ini timbul karena fungsi pintu tersebut yakni
tempat lalu secara diam-diam dan sembunyi-sembunyi dari satu bilik ke bilik
lainnya. Pintu malim memiliki makna bahwa pemiliknya adalah orang alim yakni
orang yang tahu adat dan tahu agama, sehingga tidak melanggar sopan santun.
Sedangkan pintu curi bermakna bahwa keluar masuk dari pintu itu seperti pencuri
yang berjalan hati-hati dan tidak berisik.
Gambar pintu
malim:
9
Disamping itu
ada pula pintu yang dibuat khusus disebut pintu bulak, yaitu pintu yang tidak
memiliki tangga keluar. Pada prinsipnya pintu ini sama seperti jendela, hanya
ukurannya yang berbeda. Biasanya bagian bawah pintu itu diberi pagar pengaman
berupa kisi-kisi bubut atau papan tebuk. Disitu diletakkan kursi malas yakni
kursi goyang, tempat orang tua duduk berangin-angin.
Nama bulak
berasal dari perkataan buruk, yaitu
istilah setempat yang berarti bual-bual, bersenda gurau, bermain-main. Istilah
lain yang hampir sama adalah borak atau omong kosong atau bualan yang tak masuk
akal.
Gambar pintu
bulak:
Lambang pada Pintu
Pintu yang pada
bagian atas diberi hiasan lengkingan disebut pintu lengkung. Ada pula pintu
yang sengaja dibuat agak rendah, sehimgga siapapun yang masuk atau keluar dari
bangunan harus membungkukkan kepalanya. Ini melambangkan bahwa siapa saja yang
keluar masuk bangunan tersebut haruslah tahu adat dan tradisinya. Kalau masuk
ia harus mengormati pemilik bangunan, kalau keluar ia harus mengormati Tuhan
sebagai sang pencipta alam semesta.
Pintu yang
disebut ambang atau lawang dianggap pula sebagai tempat lalu lalang segala
makhluk halus dan penyakit. Oleh karena itu sebagian masyarakat melayu ,
dibagian atas pintu (biasanya pintu muka) diberi tangkal atau jimat yang
disebut gegaw atau gegowo, untuk penolak jin setan hantu jemalang, penyakit,
sihir atau yang dapat mendatangkan malapetaka dirumah itu.
10
Hiasan pada Pintu
Daun pintu
dibuat berbentuk panel dan ram-ram (jalusi), atau separuh panel, atau separuh
ram-ram. Bahannya terbuat dari kayu pilihan seperti surian, punak, dan tembesu. Pada bagian atas pintu diberi
hiasan seperti ventilasi dengan ukiran tertentu seperti kaluk pakis dan bunga-bungaan. Pada bagian bawah biasa pula diberi
jerajak pengaman berbentuk kisi-kisi atau papan panel yang disebut dak-dak. Gunanya terutama untuk menjaga
anak kecil agar jangan terjatuh. Tinggi dak-dak
antara 30 s/d 45 cm.
Hiasan pada
bagian atas pintu dan jendela yang disebut lambai-lambai
melambangkan sikap ramah tamah. Pintu masuk rumah harus mengarah ke jalan umum.
Pintu dapat terdiri atas satu atau dua daun pintu. Pintu dikunci memakai belah
pintu atau pengkelang (palang pintu
dari sebelah dalam). Belah pintu adalah sebatang broti yang dipalangkan kepada
kosen pintu.
Gambar
pengkelang:
D. Jendela
Jendela lazim
disebut tingkap atau pelinguk. Bentuknya sama seperti bentuk
pintutetapi ukurannya lebih kecil dan lebih rendah. Daun jendela dapat terdiri
atas dua atau satu lembar daun jendela.
Ketinggian letak jendelah didalam suatu rumah tidak selalu sama.
Perbedaan ketinggian ini adakalanya disebabkan oleh perbedaan ketinggian
lantai, ada pula yang berkaitan dengan adat istiadat. Umumya jendelah tengah
dirumah induk lebih tinggi dari jendela lainnya.
Tingkap pada
singap disebut tingkap bertongkat. Tingkap ini merupakan jendela anak dara yang
lazimnya berada diruangan atas. Tingkap yang terletak pada bubungan dapur
disebut angkap. Jendela dibuka keluar,
ada yang berdaun satu dan kebanyakan berdaun dua. Jendela dibuat dari papan dan
digantung dengan engsel pada kosen.
Sama seperti
pintu, jendela pun pada awalnya tidak memakai engsel tetapi mempergunakan putting. Kuncinya juga dibuat dari kayu
yang disebut pengkelang. Sebagai pengaman, dijendela dipasang jerajak panjang
yang disebut kisi-kisi yang terbuat dari kayu segi empat atau bubutan (larik).
11
Gambar
kisi-kisi:
Lambang pada Jendela
Jendela
mengandung makna tertentu pula. Jendela yang sengaja dibuat setinggi prang
dewasa berdiri dilantai, melambangkan bahwa pemilik bangunan adalah orang baik
dan patut-patut dan tahu adat dan tradisinya. Sedangkan letal yang rendah
melambangkan pemilik bangunan adalah orang yang ramah, selalu menerima tamu
dengan ikhlas dan terbuka.
E. Tangga
Tangga naik
kerumah pada umumnya menghadap ke jalan umum. Tiang tangga berbentuk segi empat
atau bulat. Kaki tangga terhunjam kedalam tanah atau diberi alas dengan benda
keras. Bagian atas disandarkan miring ke ambang pintu dan terletak diatas
bendul. Anak tangga dapat berbentuk bulat atau pipih. Anak tangga kebanyakan
berjumlah ganjil sebab menurut kepercayaan, bilangan genap kurang baik artinya.
Tangga depan selalu berada dibawah atap dan terletak pada pintu serambi muka
atau selang muka. Tangga penghubung setiap ruangan terdiri atas satu atau tiga
buah anak tangga.
12
Gambar tangga
pipih:
Disebelah kiri
dan kanan anak tangga adakalanya diberi tangan tangga yang dipasang sejajar
dengan tiang tangga, dan selalu diberi hiasan berupa kisi-kisi larik (bubut) atau papan terbuk (papan tembus). Anak tangga adakalanya diikat dengan tali
kepada tiang tangga tetapi kalau pipih dipahatkan (purus) kedalam tiang tangga.
Tali pengikat umumnya terbuat dari rotan, jumlah anak tangga tidak ditentukan,
tetapi bergantung pada tinggi rendahnya rumah tersebut. Semakin tinggi rumah
itu akan semakin banyak pula anak tangganya.
Gambar:
13
Lambang pada Tangga
Dalam bangunan
tradisional melayu terdapat dua jenis tangga, yakni tangga bulat dan tangga
picak.
Tangga bulat
Tangga bulat
yakni tangga dari kayu bulat. Anak tangganya diikat dari rotan ke induk tangga.
Anak tangga disusun dengan pangkal kayu terletak disebelah kanan. Ikatan harus
pula dibuat khusus, yang disebut lilit
selari atau belilit becengkram.
Talinya tidak
boleh terputus dari anak tangga paling atas sampai anak tangga terbawah. Leher
tangga yang terpangguk di atas bendul melambanagkan kasih sayang ibu kepada
anaknya. Kepala tangga yang bersandar ke jenang pintu, melambangkan kepala
rumah tangga yang senantiasa menjaga martabat dan keselamatan keluarganya.
Karena adanya makna tersebut orang melayu pantang memutuskan tali tangga.
Perbuatan demikian dianggap tak tahu adat atau melanggar adat.
Gambar:
Tangga picak
Tangga picak
adalah tangga pipih yang terbuat dari papan tebal. Jika anak tangga menembus
tiang tangga, maka disebut pahatan tebuk atau tangga bercekam. Kepala tiang
tangga selalu diberikan ukiran yang disebut kumaian, demikian pula pada sisi
tiang tangga. Dibeberapa daerah di Riau, pada setiap bagian bawah anak tangga
ini diberi pula ukiran disebut ombak-ombak atau lebah bergantung tetapi dengan
variasi berbeda.
14
Gambar:
F. Loteng
Dalam bahasa
melayu, loteng disebut langa. Loteng yang terletak di atas bagian belakang
rumah (lelo dan dapur) disebut paran atau para. Namun tidak banyak rumah yang
memiliki loteng. Pada rumah berloteng, lantai loteng dibuat dari papan yang
disusun rapat, sama seperti lantai rumah induk, hanya saja ukuran lantai loteng
lebih kecil dan lebih tipis.
Loteng tidak
seluruhnya berdinding,. Pada bagian yang tidak berdinding dipasang hiasan kisi-kisi
yang terbuat dari kayu bubutan atau papan tebuk.
Loteng berbentuk
L dibuat kalau dirumah itu terdapat banyak anak gadis. Mereka tinggal diata
sloteng ( terutama yang sudah dewasa atau yang sudah bertunangan) sebagai
tempat tidur atau tempat menenun kain. Walaupun tidak ada larangan bagi
penduduk biasa untuk membuat loteng berbentuk L,pada umumnya loteng jenis ini
dibuat oleh kaum bangsawan atau orang-orang kaya. Sedangkan orang biasa membuat
loteng penuh, atau tidak berloteng sama sekali.
G. Lantai
Lantai
rumah induk umumnya ketam rapidengan ukuran lebar antara 20 s/d 30cm. Untuk
merawat lantai dipergunakan minyak kayu yang disebut minyak kuing. Lantai
biasanya dibuat dari papan kayu meranti, medang atau punak atau anak-anak kayu
yang disebut anak laras.
Lantai
yang terbuat dari belahan nibung biasanya ditempatkan diruangan belakang atau
ditempat yang selalu kena air.
Susunan Lantai
Bilah
atau keeping-keping lantai yang disusun sejajar dengan bendul muka rumah
disebut lantai selari. Bilah yang tidak bersambung (papannya tidak bersambung
dalam satu ruangan) disebut papan semampai.
Susunan selari ini melambangkan penghuni rumah selalu rukun dan damai.
Lantai yang disusun memanjang dari muka ke
belakang disebut lantai panjang melambangkan penghuni atau pemilik bangunan
adalah orang biasa. Dalam kehidupannya tidak berlebihan, tidak kaya yidak pula
melarat. 15
H. Dinding
Papan
dinding dipasang vertikal. Kalau pun ada yang dipasang miring atau bersilangan,
pemasangan tersebut hanya untuk variasi. Cara memasang dinding umumnya
dirapatkan dengan lidah pian, atau dengan susunan bertindih yang disebut tindih
kasih. Cara lain adalah dengan pasangan horizontal dan saling menindih yang
disebut susun sirih, namun cara ini jarang dipakai. Untuk variasi sering pula
dipasang miring searah atau miring berlawanan,dengan kemiringan rata-rata 45
derajat.
Lidah
pian adalah bentuk ketaman pada kedua sisi lebar papan, dimana pada satu sisi
ketamnya membentuk lidah (timbul) dan pada sisi lainnya dibuat alur (cekung).
Didalam
bangunan modern disebut purus. Dalam merapatkan dinding satu dengan lainnya,
bagian menonjol (lidah) dimasukkan pada bagian yang cekung (alur), sehingga
papan-papan itu benar-benar rapat, tidak tembus air atau cahaya, walaupun papan
itu semakin menciut karena bertambah kering.
Dinding
lidah pian biasanya dirumah orang-orang berada karena untuk membuat pian
memerlukan tukang yang ahli dan kayu keras yang tridak berserabut, biasanya
kayu punak. Bila dinding berpian, kedua bela permukaan papan dinding itu
diketam.
Gambar:
Tindih
Kasih adalah pemasangan dinding yang saling bertindihan. Papan pertama dan
papan ketiga dipasang terlebih dahulu dalam jarak tiga per empat lebar papan.
Kemudian pada lubang diantara papan pertama dan ketiga. Selanjutnya dipasang
papan ke lima dengan jarak seperti papan pertama ke papan ketiga. Lubang antara
papan ketiga dan kelima ditutup oleh papan keempat seperti papan kedua menutup
lubang antara papan pertama dan ketiga.
Dinding
tindih kasih ini dipasang vertical. Kedua permukaan papan boleh diketam dan
boleh pula tidak, bergantung kepada permintaan pemilik bangunan.
16
Susun
sirih adalah cara pemasangan seperti memasang atap rumah, yakni papan yang
berada dibagian atas menindih sebagian papan yang ada dibawahnya. Pada umumnya
dinding susun sirih tidak diketam, karena biasanya dinding ini tidak permanen.
Pemilik akan berusaha menggantinya dengan dinding tindih kasih atau pian.
Pemasangannya tidak vertikal, tetapi horizontal.
Hiasan dan perlambang pada dinding
Makna
dinding selalu dikaitkan dengan sopan santun, yakni batas kesopanan. Lambang
lain terdapat pada papan pertemuan dinding yang disebut pengerpih, dan pada
lis-lis dinding yang disebut tekop.
Hiasan
lain yang terdapat pada bagian bawah dinding adalah hiasan gando ari, yaitu
hiasan sepanjang kaki dinding muka dan belakang rumah lontik. Hiasan ini
melambangkan:
a.
Bentuk
seperti lancang atau pelancang melambangkan sikap hidup orang melayu yang
bersebati dengan laut. Makna lain adalah gambaran manusia yang menjalani hidup
didunia seperti perahu layar. Sebab itu lah bangunan ini disebut rumah lancang.
b.
Motif
ukuran berbentuk daun, bunga, kuntum dan akat-akaran, sebagai lambang kehidupan
manusia dengan alam sekitarnya, sekaligus lambang kemakmuran an kesuburan.
b. Motif ukiran
berbentuk daun, bunga, kuntum, dan akar-akaran, sebagai lambang kehidupan
manusia dengan alam sekitarnya, sekaligus lambang kemakmuran dan kesuburan.
Dinding rumah
dibuat dari papaan yang dipasang vertikal dan dijepit dengan kayu penutup (dinding
kembung). Kira-kira 20 cm dibawah tutup tiang biasanya dibuat lubang angin.
Pada lubang angin diberikan hiasan dengan tebukan. Makin tinggi nilai tebukan
ini, makin tinggilah martabat serta makin terpandang si empunya rumah.
17
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Rumah tradisional Melayu merupakan peninggalan budaya yang memiliki
banyak makna dalam setiap susunan bangunannya. Mulai dari atap hingga hiasan di
dinding rumah tersebut tersirat makna yang patut kita ketahui sebagai generasi
muda. Dengan mengetahui setiap makna dari bangunan tersebut kita dituntut untuk
tetap menjaga dan melestarikan apapun budaya bangsa Indonesia. Dari makalah
yang di ulas secara terperinci, penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat
untuk pembaca.
3.2.
Saran
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis
menganggap perlu menyampaikan saran. Saran tersebut sebagai berikut:
1.
Penulis mengharapkan kepada pembaca untuk lebih memahami materi dalam makalah
ini karena sangat berguna bagi mahasiswa yang mempelajari budaya daerah
khususnya Rumah tradisonal Melayu.
2.
Penulis mengharapkan agar pembaca dapat mengetahui gambaran umum tentang susunan
bangunan serta maknan dari setiap susunan Rumah Melayu melalui pemaparan
makalah ini.
18
DAFTAR PUSTAKA
Mudra,Mahyudin Al. 2004. Rumah
Melayu Memangku Adat Menjemput Zaman. Yogyakarta: Adi Citra.
19
Tidak ada komentar:
Posting Komentar