Senin, 23 Juni 2014

Tugas Tradisi Melayu



MAKALAH RUMAH ADAT MELAYU


Mata Kuliah: Tradisi Melayu
Dosen Pembimbing: Tety Kurmalasari,Msc.      








Disusun Oleh: Yuliana Mamerta .G.
Kelas: F2
NIM: 130388201091



PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MARTIM RAJA ALI HAJI
2014




Kata Pengantar
Puji syukur marilah kita haturkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa,karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah tentang rumah adat melayu khususnya Kepulauan Riau beserta pembahasannya.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini ialah untuk
memenuhi tugas mata kuliah MembacaTradisi Melayu. Kesempurnaan hanyalah milik Tuhan yang Maha Esa, oleh karena itu penulis sadar dalam penyusunan makalah ini banyak terdapat kekurangan. Dengan kerendahan hati, penulis bersedia menerima kritik dan saran.
Demikian yang dapat penulis sampaikan semoga dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi pembaca semuanya.
Akhir kata penulis ucapkan terimakasih.



Tanjung Pinang, 10 Juni 2014

Penulis










i
Daftar Isi
Kata Pengantar............................................................................................................ i
Daftar Isi..................................................................................................................... ii
Bab 1 Pendahuluan..................................................................................................... 1
1.1  Latar Belakang................................................................................................ 1
1.2  Rumusan Masalah........................................................................................... 1
1.3  Tujuan Penulisan............................................................................................. 1
Bab 2 Pembahasan...................................................................................................... 2
2.1  Karakteristik Rumah Melayu.......................................................................... 2
2.2  Jenis Rumah Melayu.................................................................................... 2-3
2.3  Bagian-bagian Adat Rumah Melayu......................................................... 4-18
Bab 3 Penutup.......................................................................................................... 18
A.    Kesimpulan................................................................................................... 18
B.     Saran............................................................................................................. 18
Daftar Pustaka.......................................................................................................... 19















ii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah
Dalam masyarakat Melayu tradisional, rumah merupakan bangunan utuh yang dapat dijadikan tempat kediaman keluarga, tempat bermusyawarah, tempat beradat berketurunan, tempat berlindung bagi siapa saja yang memerlukan. Oleh sebab itu, rumah Melayu tradisional umumya berukuran besar, biasanya bertiang enam, tiang enam berserambi dan tiang dua belas atau rumah serambi.
Selain berukuran besar, rumah Melayu juga selalu berbentuk panggung atau rumah berkolong, dengan menghadap ke arah matahari terbit. Secara umum, jenis rumah Melayu meliputi rumah kediaman, rumah balai, rumah ibadah dan rumah penyimpanan. Penamaan itu disesuikan dengan fungsi dari setiap bangunan.
            Penulis berharap dengan makalah ini,generasi muda khususnya anak bangsa yang lahir di daerah melayu tidak lupa akan budaya melayu yang sangat kaya dan dapat menambah wawasan tentang rumah adat melayu di Kepulauan Riau.

1.2  Rumusan Masalah
Dalam makalah ini akan dibahas:
a.       Karakteristik apa saja yang terdapat dalam Rumah Melayu?
b.      Apakah jenis-jenis dalam Rumah adat Melayu?
c.       Bagian dan lambang pada Rumah adat Melayu.
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini yaitu:
a.       Memahami karakteristik dalam Rumah Melayu.
b.       Mengetahui jenis Rumah Adat Melayu.
c.       Mengetahui Bagian dan lambang Rumah adat Melayu.



1


BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Karakteristik Rumah Melayu
A. Nama
            Rumah Tradisional Melayu pada umumnya terdiri dari tiga jenis,yaitu: Rumah Tiang Enam, Rumah Tiang Enam Berserambi, dan Rumah Tiang Dua Belas, atau Rumah Serambi. Rumah Tiang Dua Belas atau Rumah Serambi merupakan rumah besar dengan tiang induk sebanyak dua belas buah.

B. Tipologi
Tipologi Rumah Tradisional Melayu adalah rumah panggung atau berkolong dan memiliki tiang-tiang tinggi. Hal ini sesuai dengan iklim setempat serta kebiasaan yang sudah turun-temurun. Tinggi tiang penyangga rumah sekitar dua sampai dua setengah meter. Tinggi rumah induk bagian atas sekitar tiga atau tiga setengah meter. Suasana didalam ruangan sejuk dan segar karena banyak memiliki jendela serta lubang angin (ventilasi).

C. Fungsi Tiap Ruangan
Setiap ruangan pada rumah melayu memiliki nama dan fungsi tertentu. Selang depan berfungsi sebagai tempat meletakkan barang-barang tamu,yang tidak dibawa kedalam ruangan. Ruang serambi depan berfungsi sebagai tempat menerima tamu pria, tetangga dekat, orang-orang terhormat, dan yang dituakan. Ruang serambi tengah atau ruang induk berfungsi sebagai tempat menerima tamu agung, dan yang sangat dihormati.
Ruang selang samping berfungsi sebagai tempat meletakkan barang yamg tidak dibawa ke dalam ruang serambi belakang. Tempat ini merupakan jalan masuk bagi tamu wanita. Ruang dapur dipergunakan untuk memasak dan menyimpan barang-barang keperluan dapur. Karena susunan papan lantainya jarang, maka sampah dapat langsung dibuang ke tanah. Ruang kolong rumah biasanya digunakan sebagai tempat bekerja sehari-hari dan menyimpan alat-alat rumah. Sedangkan WC dan kandang kambing atau ayam letaknya dibelakang rumah,


2.2 Jenis Rumah Melayu

A. Rumah Kediaman
Rumah kediaman lazim disebut rumah tempat tinggal atau rumah tempat diam yaitu rumah yang khusus untuk tempat kediaman keluarga. Didalam kehidupan sehari-hari rumah kediaman wajib dijaga dan dipelihara dengan sebaik-baiknya agar lebih member kenyamanan dan kebahagiaan bagi penghuninya.
Demikian indah, bijak, dan beragam ungkapan dilihat prang tentang rumah, menunjukkan besarnya keberadaan sebuah rumah bagi masyarakat melayu. Sebutan lain yang diberikan untuk rumah adalah berdasarkan bentuk kecuraman dan variasi atap. Rumah dengan atap curam disebut dengan rumah lipat pandan. Jika atapnya mendatar disebut rumah lipat kajang,dan bila atapnya diberi tambahan dibagian bawah (kaki atap) dengan atap lain maka disebut rumah atap layar atau rumah ampar labu.
2


B. Rumah Balai
Yang dimaksud dengan rumah balai adalah semua bangunan yang dipergunakan untuk pertemuan anggota masyarakat, seperti Balai Adat, Balai Penghadapan Rung Sari, Balai Panca Persada, Balai kerapatan dan sebagainya.


Gambar Balai Adat di Penyengat:

 
 













C. Rumah Penyimpanan
Yang dimaksud dengan rumah penyimpanan adalah segalah bangunan yang dipergunakan untuk menyimpan benda-benda keperluan hidup. Bangunan ini dapat menyimpan padi yang disebut kapok padi dan tempat menyimpan benda-benda lainnya yang disebut rumah bangsal atau bubungan.
3


2.3 Bagian-Bagian Rumah Adat Melayu

A. Atap
Bahan utama adalah nipah dan daun rumbia,tetapi pada perkembangannya sering digunakan atap seng. Atap dari daun nipah atau rumbia dibuat dengan cara menjalinnya pada sebatang kayu yang disebut bengkawan, biasanya dibuat dari nibung atau bambu. Pada bengkawan tersebut atap dilekatkan, dijalin dengan rotan, kulit bambu atau kulit pelepah rumbia. Jika atap dibuat dari satu lapis daun saka maka disebut kelarai, sedangkan jika terdiri dari dua lapis disebut mata ketam.
Atap mata ketam lebih rapat. Lebih tebal, lebih tahan dari atap kelerai.
Isi perut rotan atau bambu dipakai sebagai penjalin atau disebut liet. Untuk membuat liet bambu atau rotan dilayuh dulu dengan api, kemudian direndam kedalam air. Sesudah beberapa waktu baru dibelah atau diambil isinya, dibuat seperti helai-helai rotan yang lazim dipakai sebagai anyaman.
            Untuk memasang atap dipergunakan tali rotan,sedangkan untuk memasang perabung dipergunakan pasak yang terbuat dari nibung. Pekerjaan memasang atap disebut menyangit. Rumah melayu asli memiliki bubungan panjang sederhana dan tinggi. Ada kalanya terdapat bubungan panjang kembar. Pada pertemuan atap dibuat talang yang berguna untuk menampung air hujan.
Pada kedua ujung perabung rumah induk dibuat agak terjungkit keatas dan pada bagian bawah bubungan atapnya melengkung, menambah seni kecantikanarsitektur rumah melayu. Pada bagian belakang dapur bubungan atap dibuat lebih tinggi, berjungkit. Bagian ini disebut gajah minum atau gajah menyusu.
Pada ujung rabung yang terjungkit diberi sekeping papan yang bertebuk sebagai hiasan yang berfungsi sebagai penutup ujung kayu perabung. Selanjutnya pada bagian bawah, papan penutup rabung ini dibuat semacam lisplang berukir memanjang menurun sampai kebagian yang sejajar dengan tutup tiang.

Gambar Bubungan Atap Menjungkit:

 














4




Lambang Pada Atap
Perabung memiliki bentuk lurus sebagai lambing lurusnya hati orang melayu.sifat lurus itu haruslah dijunjung tinggi diatas kepala dan menjadi pakaian hidup.

A.    Atap Kajang
Bentuk atap yang disebut atap kajang dikaitkan pula dengan fungsi kajang, yakni tempat berteduh dari hujan dan panas. Hendaknya sikap hidup orang melayu dapat pula menjadi naungan bagi keluarga dan masyarakat.

Gambar rumah melayu dengan Atap Kajang:














B.     Atap Layar
Bentuk atap yang bertingkat dan diberi tambahan dibagian bawah (kaki atap) dengan atap lain disebut atap layar atau ampar labu.
Gambar Atap Layar:
 
       
















                                                                5


C.     Atap Lontik
Atap yang kedua ujung perabungnya melentik keatas melambangkan bahwa pada aweal dan akhir hidup manusia akan kembali kepada penciptanya. Sedangkan lekukan pada pertengahan perabungnya melambangkan “ lemabh lehidupan” yang kadang kala penuh dengan ragam cobaan.

Gambar rumah dengan Atap Lontik:

 












D.    Atap Limas
Hingga saat ini belum diketahui apa makna lambing pada bentuk limas. Kemungkinan dahulu orang melayu mengenal lambing pada bentuk ini, terutama yang berkaitan dengan kepercayaan dalam agama Hindu Budha, atau juga terpengaruh atap bangunan Eropa.

Namun demikian bentuk limas ini sudah menjadi salah satu bentuk bangunan tradisional melayu, tersebar dibanyak tempat bahkan bebrapa istana dan balai raja-raja melayu mempergunakan atap dengab bentuk limas ini.









6
Gambar rumah dengan Atap Limas:














B. Tiang
Bangunan tradisional melayu adalah bangunan tiang. Tiang dapat berbentuk bulat dan persegi. Sanding tiang yang bersegi diketam dengan ketam khusus yang disebut kumai. Sanding tiang adalah sudut segi-segi tiang. Diantara tiang-tiang itu terdapat tiang utama, yang disebut tiang tua tiang seri. Tiang seri adalah tiang-tiang yang terdapat pada keempat sudut rumah induk, merupakan tiang pokok rumah tersebut. Tiang ini tidak boleh bersambung, harus utuh dari tanah sampai ketutup tiang. Sedang tiang yang terletak diantara tiang seri pada bagian depan rumah, disebut tiang penghulu.
Jumlah tiang rumah induk paling banyak 24 buah, sedangkan tiang untuk bagian bangunan lainnya tidaklah ditentukkan jumlahnya. Pada rumah bertiang 24, tiang-tiang itu didirikan dalam 6 baris, masing-masing baris 4 buah tiang, termasuk tiang seri.
Jika keadaan tanah tempat rumah itu didirikan lembek atau rumah itu terletak dipinggir laut, maka tiang-tiang itu ditambah dengan tiang yang berukuran kecil. Tiang tambahan itu disebut tiang tongkat. Tiang tongkat biasanya hanya sampai ke rasuk atau gelagar. Untuk menjaga supaya rumah tidak miring, dipasang tiang pembantu sebagai penopang ke dinding atau ke tiang lainnya. Tiang ini disebut sulai.
Bahan untuk tiang seri haruslah kayu pilihan, biasanya tera kayu kulim, naling, resak, dan tembesu. Untuk tiang tongkat atau sulai cukup mempergunakan kayu biasa. Tiang-tiang lainnya mempergunakan kayu keras dan tahan lama. Bila di daerah itu kayu sukar dicari, maka nibung (kayu dari pohon kelapa) dipergunakan sebagai tiang tokat atau sulai. Tetapi nibung tidak dapat dipergunakan untuk tiang seri atau tiang-tiang lainnya.





7



Ukuran maksimum dan minimumsebuah tiang tidaklah ditentukan. Ukuran ini bergantung besar kepada besar atau kecilnya rumah. Semakin besar rumahnya,  besar pula tiang-tiangnya. Tiang yang kelihatan dibagian dalam rumah selalu diberi hiasan berupa ukiran. Untuk pemilik rumah yang mampu, seluruh tiangnya dibuat persegi melainkan hanya tiang seri atau beberapa tiang lainnya, atau bahkan semuanya bulat.

Gambar:

















Lambang-Lambang pada Tiang

·         Tiang bulat: adalah tiang utama yang terletak disebelah kiri dan kanan pintu tengah, atau tiang yang terletak ditengah bangunan yang pertama kali ditegakkan. Dalam ungkapan, tiang tua ini melambangkan, pimpinan didalam keluarga dan masyarakat.
·         Tiang seri:  adalah tiang yang terletak di keempat sudut bangunan induk dan tidak boleh bersambung dari tanah terus ke atas. Tiang seri melambangkan datuk berempat atau induk berempat, serta melambangkan empat penjuru angin.
·         Tiang penghulu: adalah tiang yang terletak diantara pintu muka dengan tiang seri disudut kanan muka bangunan. Tiang ini melambangkan bahwa rumah itu didirikan menurut ketentuan adat istiadat dan sekaligus melambangkan bahwa kehidupan didalam keluarga wajib disokong oleh anggota keluarga lainnya.
·         Tiang tengah: tiang terletak diantara tiang-tiang lainnta, terdapat diantara tiang seri dan tiang tua.
·         Tiang bujang: tiang yang dibuat khusus dibagian tengah bangunan induk, tidak bersambung lagi dari lantai sampai ke loteng. Tiang ini melambangkan kaum kerabat dan anak istri.
·         Tiang dua belas: tiang gabungan dari 4 buah tiang seri, 4 buah tiang tengah, 2 buah tiang tua, 1buah tiang penghulu, dan 1 buah tiang bujang.                                            

  8 


Ungkapan-ungkapan diatas menunjukkan, bahwa bentuk tiang secara tradisional, mengandung lambang yang dikaitkan dengan agama dan kepercayaan yang dianut masyarakat, termasuk kaitannya dengan alam lingkungan dan arah mata angin. Lambang- lambang itu kemudian dijalin dengan makna tertentu yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.


C.    Pintu
Pintu disebut juga ambang atau lawang. Pintu termasuk dibagian muka rumah disebut pintu muka, sedangkan pintu dibagian belakang disebut pintu dapur, pinto telo atau pintu belakang. Pintu yang ada diruang tengah pada rumah yang berbilik, pintu yang menghubungkan bilik dengan bilik disebut pintu malim atau pintu curi.
Pintu ini khusus untuk keluarga perempuan terdekat atau untuk anak gadis, dan dibuat terutama untuk menjaga supaya penghuni rumah yang memiliki keperluan dari satu bilik ke bilik yang lainnya tidak melewati ruangan tengah, apalagi bila ruangan tersebut sedang ada tamu.
Menurut keterangan orangtua-tua, istilah ini timbul karena fungsi pintu tersebut yakni tempat lalu secara diam-diam dan sembunyi-sembunyi dari satu bilik ke bilik lainnya. Pintu malim memiliki makna bahwa pemiliknya adalah orang alim yakni orang yang tahu adat dan tahu agama, sehingga tidak melanggar sopan santun. Sedangkan pintu curi bermakna bahwa keluar masuk dari pintu itu seperti pencuri yang berjalan hati-hati dan tidak berisik.

Gambar pintu malim:




















9


Disamping itu ada pula pintu yang dibuat khusus disebut pintu bulak, yaitu pintu yang tidak memiliki tangga keluar. Pada prinsipnya pintu ini sama seperti jendela, hanya ukurannya yang berbeda. Biasanya bagian bawah pintu itu diberi pagar pengaman berupa kisi-kisi bubut atau papan tebuk. Disitu diletakkan kursi malas yakni kursi goyang, tempat orang tua duduk berangin-angin.
Nama bulak berasal dari perkataan buruk, yaitu istilah setempat yang berarti bual-bual, bersenda gurau, bermain-main. Istilah lain yang hampir sama adalah borak atau omong kosong atau bualan yang tak masuk akal.
Gambar pintu bulak:




















 Lambang pada Pintu
Pintu yang pada bagian atas diberi hiasan lengkingan disebut pintu lengkung. Ada pula pintu yang sengaja dibuat agak rendah, sehimgga siapapun yang masuk atau keluar dari bangunan harus membungkukkan kepalanya. Ini melambangkan bahwa siapa saja yang keluar masuk bangunan tersebut haruslah tahu adat dan tradisinya. Kalau masuk ia harus mengormati pemilik bangunan, kalau keluar ia harus mengormati Tuhan sebagai sang pencipta alam semesta.
Pintu yang disebut ambang atau lawang dianggap pula sebagai tempat lalu lalang segala makhluk halus dan penyakit. Oleh karena itu sebagian masyarakat melayu , dibagian atas pintu (biasanya pintu muka) diberi tangkal atau jimat yang disebut gegaw atau gegowo, untuk penolak jin setan hantu jemalang, penyakit, sihir atau yang dapat mendatangkan malapetaka dirumah itu.  





10

Hiasan pada Pintu
Daun pintu dibuat berbentuk panel dan ram-ram (jalusi), atau separuh panel, atau separuh ram-ram. Bahannya terbuat dari kayu pilihan seperti surian, punak, dan tembesu. Pada bagian atas pintu diberi hiasan seperti ventilasi dengan ukiran tertentu seperti kaluk pakis dan bunga-bungaan. Pada bagian bawah biasa pula diberi jerajak pengaman berbentuk kisi-kisi atau papan panel yang disebut dak-dak. Gunanya terutama untuk menjaga anak kecil agar jangan terjatuh. Tinggi dak-dak antara 30 s/d 45 cm.
Hiasan pada bagian atas pintu dan jendela yang disebut lambai-lambai melambangkan sikap ramah tamah. Pintu masuk rumah harus mengarah ke jalan umum. Pintu dapat terdiri atas satu atau dua daun pintu. Pintu dikunci memakai belah pintu atau pengkelang (palang pintu dari sebelah dalam). Belah pintu adalah sebatang broti yang dipalangkan kepada kosen pintu.

Gambar pengkelang:











D.    Jendela
Jendela lazim disebut tingkap atau pelinguk. Bentuknya sama seperti bentuk pintutetapi ukurannya lebih kecil dan lebih rendah. Daun jendela dapat terdiri atas dua atau satu lembar daun jendela.  Ketinggian letak jendelah didalam suatu rumah tidak selalu sama. Perbedaan ketinggian ini adakalanya disebabkan oleh perbedaan ketinggian lantai, ada pula yang berkaitan dengan adat istiadat. Umumya jendelah tengah dirumah induk lebih tinggi dari jendela lainnya.
Tingkap pada singap disebut tingkap bertongkat. Tingkap ini merupakan jendela anak dara yang lazimnya berada diruangan atas. Tingkap yang terletak pada bubungan dapur disebut angkap. Jendela dibuka keluar, ada yang berdaun satu dan kebanyakan berdaun dua. Jendela dibuat dari papan dan digantung dengan engsel pada kosen.
Sama seperti pintu, jendela pun pada awalnya tidak memakai engsel tetapi mempergunakan putting. Kuncinya juga dibuat dari kayu yang disebut pengkelang. Sebagai pengaman, dijendela dipasang jerajak panjang yang disebut kisi-kisi yang terbuat dari kayu segi empat atau bubutan (larik).




11



Gambar kisi-kisi:




















Lambang pada Jendela
Jendela mengandung makna tertentu pula. Jendela yang sengaja dibuat setinggi prang dewasa berdiri dilantai, melambangkan bahwa pemilik bangunan adalah orang baik dan patut-patut dan tahu adat dan tradisinya. Sedangkan letal yang rendah melambangkan pemilik bangunan adalah orang yang ramah, selalu menerima tamu dengan ikhlas dan terbuka.



E.     Tangga

Tangga naik kerumah pada umumnya menghadap ke jalan umum. Tiang tangga berbentuk segi empat atau bulat. Kaki tangga terhunjam kedalam tanah atau diberi alas dengan benda keras. Bagian atas disandarkan miring ke ambang pintu dan terletak diatas bendul. Anak tangga dapat berbentuk bulat atau pipih. Anak tangga kebanyakan berjumlah ganjil sebab menurut kepercayaan, bilangan genap kurang baik artinya. Tangga depan selalu berada dibawah atap dan terletak pada pintu serambi muka atau selang muka. Tangga penghubung setiap ruangan terdiri atas satu atau tiga buah anak tangga.





12


Gambar tangga pipih:


 










Disebelah kiri dan kanan anak tangga adakalanya diberi tangan tangga yang dipasang sejajar dengan tiang tangga, dan selalu diberi hiasan berupa kisi-kisi larik (bubut) atau papan terbuk (papan tembus). Anak tangga adakalanya diikat dengan tali kepada tiang tangga tetapi kalau pipih dipahatkan (purus) kedalam tiang tangga. Tali pengikat umumnya terbuat dari rotan, jumlah anak tangga tidak ditentukan, tetapi bergantung pada tinggi rendahnya rumah tersebut. Semakin tinggi rumah itu akan semakin banyak pula anak tangganya.

Gambar:


















13

Lambang pada Tangga
Dalam bangunan tradisional melayu terdapat dua jenis tangga, yakni tangga bulat dan tangga picak.

Tangga bulat
Tangga bulat yakni tangga dari kayu bulat. Anak tangganya diikat dari rotan ke induk tangga. Anak tangga disusun dengan pangkal kayu terletak disebelah kanan. Ikatan harus pula dibuat khusus, yang disebut lilit selari atau belilit becengkram.
Talinya tidak boleh terputus dari anak tangga paling atas sampai anak tangga terbawah. Leher tangga yang terpangguk di atas bendul melambanagkan kasih sayang ibu kepada anaknya. Kepala tangga yang bersandar ke jenang pintu, melambangkan kepala rumah tangga yang senantiasa menjaga martabat dan keselamatan keluarganya. Karena adanya makna tersebut orang melayu pantang memutuskan tali tangga. Perbuatan demikian dianggap tak tahu adat atau melanggar adat.

Gambar:













Tangga picak
Tangga picak adalah tangga pipih yang terbuat dari papan tebal. Jika anak tangga menembus tiang tangga, maka disebut pahatan tebuk atau tangga bercekam. Kepala tiang tangga selalu diberikan ukiran yang disebut kumaian, demikian pula pada sisi tiang tangga. Dibeberapa daerah di Riau, pada setiap bagian bawah anak tangga ini diberi pula ukiran disebut ombak-ombak atau lebah bergantung tetapi dengan variasi berbeda.






14

Gambar:












F. Loteng
Dalam bahasa melayu, loteng disebut langa. Loteng yang terletak di atas bagian belakang rumah (lelo dan dapur) disebut paran atau para. Namun tidak banyak rumah yang memiliki loteng. Pada rumah berloteng, lantai loteng dibuat dari papan yang disusun rapat, sama seperti lantai rumah induk, hanya saja ukuran lantai loteng lebih kecil dan lebih tipis.
Loteng tidak seluruhnya berdinding,. Pada bagian yang tidak berdinding dipasang hiasan kisi-kisi yang terbuat dari kayu bubutan atau papan tebuk.
Loteng berbentuk L dibuat kalau dirumah itu terdapat banyak anak gadis. Mereka tinggal diata sloteng ( terutama yang sudah dewasa atau yang sudah bertunangan) sebagai tempat tidur atau tempat menenun kain. Walaupun tidak ada larangan bagi penduduk biasa untuk membuat loteng berbentuk L,pada umumnya loteng jenis ini dibuat oleh kaum bangsawan atau orang-orang kaya. Sedangkan orang biasa membuat loteng penuh, atau tidak berloteng sama sekali.


G. Lantai
Lantai rumah induk umumnya ketam rapidengan ukuran lebar antara 20 s/d 30cm. Untuk merawat lantai dipergunakan minyak kayu yang disebut minyak kuing. Lantai biasanya dibuat dari papan kayu meranti, medang atau punak atau anak-anak kayu yang disebut anak laras.
Lantai yang terbuat dari belahan nibung biasanya ditempatkan diruangan belakang atau ditempat yang selalu kena air.

Susunan Lantai
Bilah atau keeping-keping lantai yang disusun sejajar dengan bendul muka rumah disebut lantai selari. Bilah yang tidak bersambung (papannya tidak bersambung dalam satu ruangan) disebut papan semampai.  Susunan selari ini melambangkan penghuni rumah selalu rukun dan damai.
      Lantai yang disusun memanjang dari muka ke belakang disebut lantai panjang melambangkan penghuni atau pemilik bangunan adalah orang biasa. Dalam kehidupannya tidak berlebihan, tidak kaya yidak pula melarat.                                                                    15
H. Dinding
Papan dinding dipasang vertikal. Kalau pun ada yang dipasang miring atau bersilangan, pemasangan tersebut hanya untuk variasi. Cara memasang dinding umumnya dirapatkan dengan lidah pian, atau dengan susunan bertindih yang disebut tindih kasih. Cara lain adalah dengan pasangan horizontal dan saling menindih yang disebut susun sirih, namun cara ini jarang dipakai. Untuk variasi sering pula dipasang miring searah atau miring berlawanan,dengan kemiringan rata-rata 45 derajat.
Lidah pian adalah bentuk ketaman pada kedua sisi lebar papan, dimana pada satu sisi ketamnya membentuk lidah (timbul) dan pada sisi lainnya dibuat alur (cekung).
Didalam bangunan modern disebut purus. Dalam merapatkan dinding satu dengan lainnya, bagian menonjol (lidah) dimasukkan pada bagian yang cekung (alur), sehingga papan-papan itu benar-benar rapat, tidak tembus air atau cahaya, walaupun papan itu semakin menciut karena bertambah kering.
Dinding lidah pian biasanya dirumah orang-orang berada karena untuk membuat pian memerlukan tukang yang ahli dan kayu keras yang tridak berserabut, biasanya kayu punak. Bila dinding berpian, kedua bela permukaan papan dinding itu diketam.
Gambar:



Tindih Kasih adalah pemasangan dinding yang saling bertindihan. Papan pertama dan papan ketiga dipasang terlebih dahulu dalam jarak tiga per empat lebar papan. Kemudian pada lubang diantara papan pertama dan ketiga. Selanjutnya dipasang papan ke lima dengan jarak seperti papan pertama ke papan ketiga. Lubang antara papan ketiga dan kelima ditutup oleh papan keempat seperti papan kedua menutup lubang antara papan pertama dan ketiga.
Dinding tindih kasih ini dipasang vertical. Kedua permukaan papan boleh diketam dan boleh pula tidak, bergantung kepada permintaan pemilik bangunan.



16
Susun sirih adalah cara pemasangan seperti memasang atap rumah, yakni papan yang berada dibagian atas menindih sebagian papan yang ada dibawahnya. Pada umumnya dinding susun sirih tidak diketam, karena biasanya dinding ini tidak permanen. Pemilik akan berusaha menggantinya dengan dinding tindih kasih atau pian. Pemasangannya tidak vertikal, tetapi horizontal.

Hiasan dan perlambang pada dinding 
Makna dinding selalu dikaitkan dengan sopan santun, yakni batas kesopanan. Lambang lain terdapat pada papan pertemuan dinding yang disebut pengerpih, dan pada lis-lis dinding yang disebut tekop.
Hiasan lain yang terdapat pada bagian bawah dinding adalah hiasan gando ari, yaitu hiasan sepanjang kaki dinding muka dan belakang rumah lontik. Hiasan ini melambangkan:
a.       Bentuk seperti lancang atau pelancang melambangkan sikap hidup orang melayu yang bersebati dengan laut. Makna lain adalah gambaran manusia yang menjalani hidup didunia seperti perahu layar. Sebab itu lah bangunan ini disebut rumah lancang.
b.      Motif ukuran berbentuk daun, bunga, kuntum dan akat-akaran, sebagai lambang kehidupan manusia dengan alam sekitarnya, sekaligus lambang kemakmuran an kesuburan.
b. Motif ukiran berbentuk daun, bunga, kuntum, dan akar-akaran, sebagai lambang kehidupan manusia dengan alam sekitarnya, sekaligus lambang kemakmuran dan kesuburan.

Dinding rumah dibuat dari papaan yang dipasang vertikal dan dijepit dengan kayu penutup (dinding kembung). Kira-kira 20 cm dibawah tutup tiang biasanya dibuat lubang angin. Pada lubang angin diberikan hiasan dengan tebukan. Makin tinggi nilai tebukan ini, makin tinggilah martabat serta makin terpandang si empunya rumah.



















17


BAB III
PENUTUP

3.1.   Kesimpulan
Rumah tradisional Melayu merupakan peninggalan budaya yang memiliki banyak makna dalam setiap susunan bangunannya. Mulai dari atap hingga hiasan di dinding rumah tersebut tersirat makna yang patut kita ketahui sebagai generasi muda. Dengan mengetahui setiap makna dari bangunan tersebut kita dituntut untuk tetap menjaga dan melestarikan apapun budaya bangsa Indonesia. Dari makalah yang di ulas secara terperinci, penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk pembaca.


3.2.   Saran
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis menganggap perlu menyampaikan saran. Saran tersebut sebagai berikut:
1.      Penulis mengharapkan kepada pembaca untuk lebih memahami materi dalam makalah ini karena sangat berguna bagi mahasiswa yang mempelajari budaya daerah khususnya Rumah tradisonal Melayu.
2.      Penulis mengharapkan agar pembaca dapat mengetahui gambaran umum tentang susunan bangunan serta maknan dari setiap susunan Rumah Melayu melalui pemaparan makalah ini.





















18



DAFTAR PUSTAKA

Mudra,Mahyudin Al. 2004. Rumah Melayu Memangku Adat Menjemput Zaman. Yogyakarta: Adi Citra.









































19

Tidak ada komentar:

Posting Komentar