Tanjungpinang Masih Butuhkan Beras Impor
Tanjungpinang -
Keberadaan beras impor di Tanjungpinang sebagai wilayah penyangga bagi
pulau-pulau kecil di Provinsi Kepri masih diperlukan, Karena, kondisi
cuaca, dan panjangnya jalur distribusi membuat harga beras domestik jauh lebih
mahal jika dibandingkan beras impor dengan kualitas yang sama.
"Sampai saat ini, harga beras
domestik masih dikisaran Rp12.000 sampai Rp13.000-an per kilonya," kata
Kabid Perdagangan Dinas Perindustrian Perdagangan Ekonomi Kreatif dan Penanaman
Modal (Disperindag Ekraf dan PM) Kota Tanjungpinang, Teguh Susanto.
Selain itu, turunnya harga bahan
bakar minyak beberapa waktu lalu serta operasi pasar yang dilakukan Bulog Sub
Divre Tanjungpinang dengan menjual beras murah ke masyarakat, dinilai Teguh
belum mampu untuk menstabilkan bahkan menurunkan harga beras domestik yang
terus merangkak naik.
Ini dikarenakan, penurunan harga
beras domestik mengacu pada beras impor yang harganya berada di bawah Rp10.000
per kilo. Sehingga, operasi pasar yang dilakukan Bulog sejak Desember
lalu, belum memberikan hasil yang diharapkan.
"Beras impor jangan jadi
patokan, karena beras impor tidak melalui jalur resmi yang membuat murah, kalau
banding beras lokal," kata Teguh.
Di sisi lain, stok beras domestik
untuk masyarakat Kota Tanjungpinang di 11 distributor, mencukupi sampai akhir
Januari 2016 nanti.
"Stok beras sampai pada Januari
2016, sebanyak 482,75ton yang masuk per dua minggu. Itu belum termasuk raskin,
dan persedian beras di tingkat pengecer," tegas Teguh.
Artinya, banding dengan kebutuhan
beras masyarakat Kota Tanjungpinang sebanyak 2315 ton per bulan, pasokan beras
yang masuk per dua pekan tersebut mencukupi.
Walaupun kondisi beras masih stabil,
pengaggum sosok Iwan Fals tersebut masih berpedoman perlunya ada beras impor
dengan beberapa pertimbangan. Antara lain, dapat memberikan masyarakat beras
kualitas tinggi dengan harga murah apabila dibandingkan dengan beras domestik,
atau menekan harga beras lokal.
"Sebenarnya tujuan pemerintah
membatasi impor beras adalah untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Namun
pada kenyataannya, meskipun harga beras domestik tinggi, petani tetap miskin
justru pengusaha berasnya yang kaya," paparnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar